Diceritakan seorang petani tua yang sedang menggarap
ladangnya. Seketika itu ia terdiam dan berhenti menanamkan cangkulnya. Rupanya
seekor keledai terjatuh kedalam sumur tua yang berada tidak jauh dari tempat ia
menggarap ladang. Si keledai ketakutan dan meronta tiada henti. Dalam hatinya
si petani berkata, “Bagaimana bisa hewan ini terjatuh ke dalam sumur ? dan
lalu, apa yang harus aku lakukan ?” Si petani pun berpikir. Dan akhirnya, ia
memutuskan untuk membiarkan hewan malang itu terkubur didalamnya. “Sumur ini
sudah tua, begitupun aku, bagaimana mungkin aku menolong seekor keledai di saat
seperti ini ? Keledai itu bisa saja memiliki berat tubuh yang lebih banyak
dariku. Lagipula sumur ini memang sudah harus ditimbun karena berbahaya.
Lubangnya bisa saja mencelakakan orang lain. Untungnya yang terjatuh hanyalah
seekor keledai.”
Tidak berselang lama, si petani tua pun kembali
menghampiri ladangnya. Tapi kali ini, dia tidak sendiri. Beberapa warga
setempat datang untuk membantunya. Mereka membawa cangkul dan mulai menggali
tanah ke dalam sumur. Alangkah terkejutnya si keledai saat itu. Ia menangis dan
meronta lebih keras lagi. Ia ketakutan, dan belum mengerti atas apa yang
terjadi dan apa yang sedang dilakukan orang-orang itu padanya.
Namun kemudian, rontaan si keledai pun seketika sunyi.
Semua warga dibuat bingung atas apa yang dilakukannya. Si petani tua melihat ke
dalam sumur dan tercengang atas apa yang dilihatnya saat itu. Dengan pintarnya,
si keledai mengguncang-guncangkan badan saat timbunan tanah menimpa
punggungnya. Ia membiarkan tanah itu terjatuh dan lalu menaikinya. Dan semakin
banyak tanah yang dilemparkan padanya, ia pun semakin cepat melangkah naik.
Segera saja, semua orang yang ada disekitarnya merasa kagum dan terpesona atas
kepintaran yang dimiliki oleh si keledai. Akhirnya ia pun berhasil meloncati
tepian sumur dan pergi melarikan diri.
Kisah ini sungguh menjadi pembelajaran tersendiri bagi
kita. Walaupun hanya seekor keledai, tapi dia mampu membuktikan bahwa ia bisa melakukan
suatu hal yang lebih dari yang kita duga. Oleh karenanya, jangan pernah
menganggap rendah sesuatu, sekecil apapun itu.
Kehidupan terus saja menuangkan hal-hal yang sulit
kepadamu, layaknya tanah yang terus saja menimpa punggung si keledai. Tapi untuk
keluar dari sumur itu adalah dengan mengguncangkan tumpukan tanah agar bisa
menjadi pijakan bagi si keledai untuk bisa naik. Begitupun anda, kesedihan dan
masalah yang saat ini membebani anda, jadikanlah hati dan pikiran sebagai
pijakannya. Hati yang tulus menerima dan memberi, pikiran yang optimis dan
senantiasa pantang menyerah, adalah kunci keberhasilan anda.
Dan ketika seseorang menjahatimu, biarkan dan
tinggalkanlah seolah anda tidak pernah mengenalinya. Begitupun si keledai. Ia
bergegas melarikan diri dan berusaha untuk tidak lagi terjerembab kedalam
lubang yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar