A. PENGERTIAN KEBUDAYAAN
4.4 TARI GAMBYONG
Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta
yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau
akal. Dengan demikian kebudayaan di
artikan sebagai hal hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. Kata kebudayaan
dalam bahasa inggris diterjemhkan dengan istilah culture. Dalam bahasa Belanda di sebut cultuur. Kedua bahasa ini di ambil dari bahasa latin colore yg berarti mengolah, mengerjakan,
menyuburkan, dan mengembangkan tanah.
B. UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
Clyde Kluckhohn menyebutkan terdapat 7 unsur
kebudayaan, yakni sebagai berikut:
- Peralatan dan perlengkapan hidup manusia
- Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi
- Sistem kemasyarakatan
- Bahasa
- Kesenian
- Sistem pengetahuan
- Sistem kepercayaan
C. FAKTOR PENYEBAB KEBERAGAMAN BUDAYA
Masyarakat Indonesia terdiri dari ratusan suku
bangsa yang tersebardi lebih dari 13 ribu pulau. Setiap suku bangsa memiliki
identitas social, politik, dan budaya yang berbeda-beda, seperti bahasa, adat
istiadat serta tradisi, sistem kepercayaan dan sebagainya. Dengan idaentitas
yang berbeda beda ini, kita dapat mengatakan bahwa Indonesia memiliki
kebudayaan local yang sangat beragam.
Ada beberapa faktor antara lain :
1. Keberagaman suku bangsa
2. Keberagaman bahasa dan dialek
3. Keberagaman agama
4. Keberagaman seni dan budaya
5. Faktor Pembentukan budaya
6. Faktor Perubahan budaya
1. Keberagaman suku bangsa
2. Keberagaman bahasa dan dialek
3. Keberagaman agama
4. Keberagaman seni dan budaya
5. Faktor Pembentukan budaya
6. Faktor Perubahan budaya
D. CONTOH KEBUDAYAAN DI INDONESIA [KEBUDAYAAN JAWA]
1. DESKRIPSI
TENTANG JAWA TENGAH
Peta lokasi Jawa Tengah
Negara : Indonesia
Hari jadi : 15
Agustus 1950
Ibu kota : Kota
Semarang
Luas Total : 32.548,20 km2
Jawa
Tengah adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau
Jawa. Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah barat,
Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Jawa Timur di
sebelah timur, dan Laut Jawa di sebelah utara. Luas wilayahnya 32.548 km², atau
sekitar 25,04% dari luas pulau Jawa. Provinsi Jawa Tengah juga meliputi Pulau
Nusa kambangan di sebelah selatan (dekat dengan perbatasan Jawa Barat), serta
Kepulauan Karimun Jawa di Laut Jawa.
Pengertian Jawa Tengah secara geografis dan budaya
kadang juga mencakup wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Jawa Tengah dikenal
sebagai "jantung" budaya Jawa. Meskipun demikian di provinsi ini ada
pula suku bangsa lain yang memiliki
budaya yang berbeda dengan suku Jawa seperti suku Sunda di daerah perbatasan
dengan Jawa Barat. Selain ada pula warga Tionghoa-Indonesia, Arab-Indonesia dan
India-Indonesia yang tersebar di seluruh provinsi.
Jawa Tengah memiliki iklim tropis, dengan curah
hujan tahunan rata-rata 2.000 meter, dan suhu rata-rata 21-32oC. Daerah dengan
curah hujan tinggi terutama terdapat di Nusa kambangan bagian barat, dan
sepanjang Pegunungan Serayu Utara. Daerah dengan curah hujan rendah dan sering
terjadi kekeringan di musim kemarau berada di daerah Blora dan sekitarnya serta
di bagian selatan Kabupaten Wonogiri.
Sebaran penduduk umumnya terkonsentrasi di
pusat-pusat kota, baik kabupaten ataupun kota. Kawasan permukiman yang cukup
padat berada di daerah Semarang Raya (termasuk Ungaran dan sebagian wilayah
Kabupaten Demak dan Kendal), Solo Raya (termasuk sebagian wilayah Kabupaten
Karanganyar, Sukoharjo, dan Boyolali), serta Tegal-Brebes-Slawi. Pertumbuhan
penduduk Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,67% per tahun. Pertumbuhan penduduk
tertinggi berada di Kabupaten Demak (1,5% per tahun), sedang yang terendah
adalah Kota Pekalongan (0,09% per tahun).
2. SISTEM
KEKERABATAN MASYARAKAT JAWA TENGAH
Sistem kekerabatan masyarakat Jawa Tengah
berdasarkan prinsip keturunan bilateral. Semua kakak laki-laki atau wanita ayah
dan ibu beserta istri ataupun suami masing – masing diklasifikasikan menjadi
satu dengan istilah siwa atau uwa. Adapun adik dari ayah dan ibu
diklasifikasikan kedalam dua golongan yang dibedakan menurut jenis kelamin
menjadi paman dan bibi. Dalam adat masyarakat Jawa dikenal adanya ngarang wulu serta
wayuh. Perkawinan ngarang wulu adalah suatu perkawinan seorang duda dengan
seorang wanita salah satu adik dari almarhum istrinya. Jadi merupakan
pernikahan sororat. Adapun wayuh adalah suatu perkawinan lebih dari satu istri
(poligami).
3. SISTEM
RELIGI (KEPERCAYAAN) MASYARAKAT JAWA TENGAH
Agama
yang dianut oleh sebagian besar suku jawa di Jawa Tengah adalah Agama Islam,
sisanya Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha
yakni dengan perbandingan Islam 93.9%, Protestan 1.7%, Katolik 2.2%, Hindu
0.08%, Buddha 0.64%, dan Kejawen 0.33%
Pemeluk Agama Islam sendiri dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu:
1.Golongan Islam Santri, yaitu golongan yang menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran Islam
dengan syariat-syariatnya.
2.Golongan
Islam Kejawen, yaitu golongan yang percaya pada ajaran Islam, tetapi tidak
patuh menjalankan syariat Islam dan masih percaya kepada kekuatan lain (keris
pusaka, cincin, dan benda-benda keramat lainnya).
Selain itu, orang Jawa masih percaya pada hal yang
gaib atau kekuatan lain.
- Percaya pada makhluk-makhluk halus seperti memedi, genderuwo, tuyul, setan, dan lain- lain.
- Percaya pada hari baik atau naas.
- Percaya pada hari kelahiran atau weton.
- Percaya pada benda-benda pusaka, jimat, dan sejenisnya.
Sehubungan dengan berbagai kepercayaan, maka
dilaksanakan upacara-upacara selametan sebagai berikut:
¦ Upacara selametan yang berhubungan dengan kehidupan
desa, seperti bersih desa, penggarapan pertanian, dan lainnya.
¦ Upacara selametan yang berhubungan dengan
pernikahan, seperti selamatan sepasaran setelah pernikahan.
¦ Upacara selametan yang berhubungan dengan
peringatan hari-hari atau bulan-bulan besar Islam, seperti sekatenan atau
grebeg maulud, sura, dan sebagainya.
¦ Upacara selametan yang berhubungan dengan
kejadian-kejadian tertentu, seperti melakukan perjalanan jauh, mulai membuat
rumah, dan sebagainya.
¦ Upacara selametan yang berhubungan dengan orang
meninggal dunia, seperti selametan surtanah atau (geblak), nelung dina, dan lainnya.
4. KESENIAN
MASYARAKAT JAWA TENGAH
Kesenian masyarakat jawa tengah amat beragam dan
merupakan sumbangsih kekayaan budaya yang besar di Indonesia. Berikut ini akan
dibahas satu persatu mengenai beberapa kesenian khas / endemik masyarakat daerah
Jawa Tengah.
4.1 BATIK
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi
bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan
Jawa pada masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai
mata pencaharian, sehingga pada masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan
eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan
masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Tradisi membatik pada mulanya merupakan
tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali
berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa
motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini,
beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta
dan Surakarta. Semula batik dibuat di atas bahan dengan warna putih yang
terbuat dari kapas yang dinamakan kain mori. Dewasa ini batik juga dibuat di
atas bahan lain seperti sutera, poliester, rayon dan bahan sintetis lainnya.
Motif batik
dibentuk dengan cairan lilin dengan menggunakan alat yang dinamakan canting
untuk motif halus, atau kuas untuk motif berukuran besar, sehingga cairan lilin
meresap ke dalam serat kain. Kain yang telah dilukis dengan lilin kemudian
dicelup dengan warna yang diinginkan, biasanya dimulai dari warna-warna muda.
Pencelupan kemudian dilakukan untuk motif lain dengan warna lebih tua atau
gelap. Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik
dicelupkan ke dalam bahan kimia untuk melarutkan lilin.
4.2 WAYANG
KULIT
Sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik
atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain
dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat
memahami cerita wayang (lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan
tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar.
Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang
di Jawa. Wayang berasal dari kata 'Ma Hyang' yang artinya menuju kepada roh
spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan wayang
adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna 'bayangan', hal ini disebabkan karena
penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya
saja. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator
dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan
sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang
memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain.
Secara
umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak
dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut, ki dalang bisa juga memainkan
lakon carangan (gubahan). Beberapa cerita diambil dari cerita Panji. Pertunjukan
wayang kulit telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam
bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga ( Masterpiece of Oral
and Intangible Heritage of Humanity ).
Wayang kulit dibuat dari bahan kulit kerbau yang sudah diproses menjadi
kulit lembaran, perbuah wayang membutuhkan sekitar ukuran 50 x 30 cm kulit
lembaran yang kemudian dipahat dengan peralatan yang digunakan adalah besi
berujung runcing berbahan dari baja yang berkualitas baik. Besi baja ini dibuat
terlebih dahulu dalam berbagai bentuk dan ukuran, ada yang runcing, pipih,
kecil, besar dan bentuk lainnya yang masing-masing mempunyai fungsinya berbeda-beda.
Namun pada dasarnya, untuk menata atau membuat berbagai bentuk lubang
ukiran yang sengaja dibuat hingga berlubang. Selanjutnya dilakukan pemasangan
bagian-bagian tubuh seperti tangan, pada tangan ada dua sambungan, lengan
bagian atas dan siku, cara menyambungnya dengan sekrup kecil yang terbuat dari
tanduk kerbau atau sapi. Tangkai yang fungsinya untuk menggerak bagian lengan
yang berwarna kehitaman juga terbuat berasal dari bahan tanduk kerbau dan warna
keemasannya umumnya dengan menggunakan prada yaitu kertas warna emas yang
ditempel atau bisa juga dengan dibron, dicat dengan bubuk yang dicairkan.
Wayang yang menggunakan prada, hasilnya jauh lebih baik, warnanya bisa tahan
lebih lama dibandingkan dengan yang bront.
4.3 ALAT MUSIK GAMELAN
Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya
menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada
instrumennya / alatnya, yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan
dan dibunyikan bersama. Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa ‘gamel’
yang berarti memukul / menabuh, diikuti akhiran yang menjadikannya kata
benda.
Kemunculan gamelan didahului dengan budaya
Hindu-Budha yang mendominasi Indonesia pada awal masa pencatatan sejarah, yang
juga mewakili seni asli indonesia. Instrumennya dikembangkan hingga bentuknya
sampai seperti sekarang ini pada zaman Kerajaan Majapahit.
Gambaran tentang alat musik ensembel
pertama ditemukan di Candi Borobudur, Magelang Jawa Tengah, yang telah berdiri
sejak abad ke-8. Alat musik semisal suling bambu, lonceng, kendhang dalam
berbagai ukuran, kecapi, alat musik berdawai yang digesek dan dipetik,
ditemukan dalam relief tersebut. Namun, sedikit ditemukan elemen alat musik
logamnya. Bagaimanapun, relief tentang alat musik tersebut dikatakan sebagai
asal mula gamelan. Penalaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses
yang kompleks Gamelan menggunakan empat cara penalaan, yaitu sléndro, pélog,
"Degung" (khusus daerah Sunda, atau Jawa Barat), dan
"madenda" (juga dikenal sebagai diatonis, sama seperti skala minor
asli yang banyak dipakai di Eropa.
Musik Gamelan merupakan gabungan
pengaruh seni luar negeri yang beraneka ragam. Kaitan not nada dari Cina,
instrumen musik dari Asia Tenggara, drum band dan gerakkan musik dari India,
bowed string dari daerah Timur Tengah, bahkan style militer Eropa yang kita
dengar pada musik tradisional Jawa dan Bali sekarang ini.Interaksi komponen
yang sarat dengan melodi, irama dan warna suara mempertahankan kejayaan musik
orkes gamelan Bali. Pilar-pilar musik ini menyatukan berbagai karakter
komunitas pedesaan Bali yang menjadi tatanan musik khas yang merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Namun saat ini gamelan
masih digunakan pada acara-acara resmi seperti pernikahan, syukuran, dan
lain-lain. tetapi pada saat ini, gamelan hanya digunakan mayoritas masyarakat
Jawa, khususnya Jawa Tengah.
4.4 TARI GAMBYONG
Tari
Gambyong merupakan suatu tarian yang disajikan untuk menyambut tamu atau
mengawali suatu resepsi perkawinan. Ciri khas, selalu dibuka dengan gendhing
Pangkur. Tariannya terlihat indah dan elok apabila si penari mampu
menyelaraskan gerak dengan irama kendang dan gending.
Instrumennya yaitu gender, kendang, kenong, kempul, dan gong.
Awal mula istilah Gambying tampaknya berawal
dari nama seorang penari taledhek. Penari yang bernama Gambyong ini hidup pada
zaman Sunan Paku Buwana IV di Surakarta. Penari ini juga dsiebutkan dalam buku
"Cariyos Lelampahanipun" karya Suwargi R.Ng. Ronggowarsito
(1803-1873) yang mengungkapkan adanya penari ledhek yang bernama Gambyong yang
memiliki kemnahiran dalam menari dan kemerduan
dalam suara sehingga menjadi pujaan kaum muda pada zaman itu.
4.5 KUDA
LUMPING
Kuda lumping juga disebut jaran kepang atau jathilan adalah tarian
tradisional Jawa menampilkan sekelompok prajurit tengah menunggang kuda. Tarian
ini menggunakan kuda yang terbuat dari bambu yang di anyam dan dipotong menyerupai
bentuk kuda. Anyaman kuda ini dihias dengan cat dan kain beraneka warna. Tarian
kuda lumping biasanya hanya menampilkan adegan prajurit berkuda, akan tetapi
beberapa penampilan kuda lumping juga menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan,
dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap
deraan pecut. Jaran Kepang merupakan bagian dari pagelaran tari reog. Meskipun
tarian ini berasal dari Jawa, Indonesia, tarian ini juga diwariskan oleh kaum
Jawa yang menetap di Sumatera Utara dan di beberapa daerah di luar Indonesia
seperti di Malaysia.
Kuda lumping adalah seni tari yang dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan,
yang terbuat dari anyaman bambu atau kepang. Tidak satupun catatan sejarah
mampu menjelaskan asal mula tarian ini, hanya riwayat verbal yang diturunkan
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sejarah Konon, tari kuda lumping
merupakan bentuk apresiasi dan dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda
Pangeran Diponegoro dalam menghadapi penjajah Belanda. Ada pula versi yang menyebutkan, bahwa tari kuda lumping menggambarkan kisah perjuangan Raden
Patah, yang dibantu oleh Sunan Kalijaga, melawan penjajah Belanda. Versi lain
menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan
Mataram yang dipimpin Sultan Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk menghadapi
pasukan Belanda.
Terlepas dari asal usul dan nilai historisnya, tari
kuda lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah
pasukan berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis,
dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya
seekor kuda di tengah peperangan.
Seringkali dalam pertunjukan tari kuda lumping,
juga menampilkan atraksi yang mempertontonkan kekuatan supranatural berbau
magis, seperti atraksi mengunyah kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar
diri, berjalan di atas pecahan kaca, dan lain-lain. Mungkin, atraksi ini merefleksikan
kekuatan supranatural yang pada zaman dahulu berkembang di lingkungan Kerajaan
Jawa, dan merupakan aspek non militer yang dipergunakan untuk melawan pasukan
Belanda.
5.7 PERTUNJUKAN
BARONG
Kesenian Barong atau lebih dikenal
dengan kesenian Barongan merupakan kesenian khas Jawa Tengah. Akan tetapi dari
beberapa daerah yang ada di Jawa Tengah Kabupaten Blora lah yang secara
kuantitas, keberadaannya lebih banyak bila dibandingkan dengan Kabupaten
lainnya. Seni Barong merupakan salah satu kesenian rakyat yang amat populer
dikalangan masyarakat Blora, terutama masyarakat pedesaan. Didalam seni Barong
tercermin sifat-sifat kerakyatan masyarakat Blora, seperti sifat : spontanitas,
kekeluargaan, kesederhanaan, kasar, keras, kompak, dan keberanian yang
dilandasi kebenaran.
Barongan
dalam kesenian barongan adalah suatu pelengkapan yang dibuat menyerupai Singo
Barong atau Singa besar sebagai penguasa hutan angker dan sangat buas. Adapun
tokoh Singobarong dalam cerita barongan disebut juga GEMBONG AMIJOYO yang
berarti harimau besar yang berkuasa. Kesenian Barongan berbentuk tarian
kelompok, yang menirukan keperkasaan gerak seekor Singa Raksasa. Peranan Singo
Barong secara totalitas didalam penyajian merupakan tokoh yang sangat dominan,
disamping ada beberapa tokoh yang tidak dapat dipisahkan yaitu : Bujangganong /
Pujonggo Anom Joko Lodro / Gendruwo Pasukan berkuda / reog Noyontoko Untub.
Selain tokoh tersebut diatas pementasan kesenian barongan juga dilengkapi
beberapa perlengkapan yang berfungsi sebagai instrumen musik antara lain :
Kendang,Gedhuk, Bonang, Saron, Demung dan Kempul.
Seiring
dengan perkembangan jaman ada beberapa penambahan instrumen modern yaitu berupa
Drum, Terompet, Kendang besar dan Keyboards. Adakalanya dalam beberapa
pementasan sering dipadukan dengan kesenian campur sari. Kesenian barongan
bersumber dari hikayat Panji, yaitu suatu cerita yang diawali dari
iring-iringan prajurit berkuda mengawal Raden Panji Asmarabangun / Pujonggo
Anom dan Singo Barong. Adapun secara singkat dapat diceritakan sebagai berikut
: Prabu Klana Sawandana dari Kabupaten Bantarangin jatuh cinta kepada Dewi
Sekartaji putri dari Raja Kediri, maka diperintahlah Patih Bujangganong /
Pujonggo Anom untuk meminangnya. Keberangkatannya disertai 144 prajurit berkuda
yang dipimpin oleh empat orang perwira diantaranya : Kuda Larean, Kuda Panagar,
Kuda Panyisih dan Kuda sangsangan. Sampai di hutan Wengkar rombongan Prajurit
Bantarangin dihadang oleh Singo Barong sebagai penjelmaan dari Adipati Gembong
Amijoyo yang ditugasi menjaga keamanan di perbatasan. Terjadilah perselisihan
yang memuncak menjadi peperangan yang sengit. Semua Prajurit dari Bantarangin
dapat ditaklukkan oleh Singo Barong, akan tetapi keempat perwiranya dapat lolos
dan melapor kepada Sang Adipati Klana Sawandana. Pada saat itu juga ada dua
orang Puno Kawan Raden Panji Asmara Bangun dari Jenggala bernama Lurah
Noyontoko dan Untub juga mempunyai tujuan yang sama yaitu diutus R. Panji untuk
melamar Dewi Sekar Taji.
Namun
setelah sampai dihutan Wengker, Noyontoko dan Untub mendapatkan rintangan dari
Singo Barong yang melarang keduanya utuk melanjutkan perjalanan, namun keduanya
saling ngotot sehingga terjadilah peperangan. Namun Noyontoko dan Untub merasa
kewalahan sehingga mendatangkan saudara sepeguruannya yaitu Joko Lodro dari
Kedung Srengenge. Akhirnya Singo Barong dapat ditaklukkan dan dibunuh. Akan
tetapi Singo Barong memiliki kesaktian. Meskipun sudah mati asal disumbari ia
dapat hidup kembali. Peristiwa ini kemudian dilaporkan ke R. Panji, kemudian
berangkatlah R. Panji dengan rasa marah ingin menghadapi Singo Barong. Pada
saat yang hampir bersamaan Adipati Klana Sawendono juga menerima laporan dari
Bujangganong ( Pujang Anom ) yang dikalahkan oleh Singo Barong. Dengan rasa
amarah Adipati Klana Sawendada mencabut pusaka andalannya, yaitu berupa Pecut
Samandiman dan berangkat menuju hutan Wengker untuk membunuh Singo Barong.
Setelah sampai di Hutan Wengker dan ketemu dengan Singo Barong, maka tak
terhindarkan pertempuran yang sengit antara Adipati Klana Sawendana melawan
Singo Barong. Dengan senjata andalannya Adipati Klana Sawendana dapat
menaklukkan Singo Barong dengan senjata andalannya yang berupa Pecut
Samandiman. Singo Barong kena Pecut Samandiman menjadi lumpuh tak berdaya. Akan
tetapi berkat kesaktian Adipati Klana Sawendana kekuatan Singo Barong dapat
dipulihkan kembali, dengan syarat Singo Barong mau mengantarkan ke Kediri untuk
melamar Dewi Sekartaji. Setelah sampai di alun-alun Kediri pasukan tersebut
bertemu dengan rombongan Raden Panji yang juga bermaksud untuk meminang Dewi
Sekartaji.
Perselisihan
pun tak terhindarkan, akhirnya terjadilah perang tanding antara Raden Panji
dengan Adipati Klana Sawendano, yang akhirnya dimenangkan oleh Raden Panji.
Adipati Klana Sawendana berhasil dibunuh sedangkan Singo Barong yang bermaksud
membela Adipati Klana Sawendana dikutuk oleh Raden Panji dan tidak dapat
berubah wujud lagi menjadi manusia ( Gembong Amijoyo ) lagi. Akhirnya Singo
Barong Takhluk dan mengabdikan diri kepada Raden Panji, termasuk prajurit
berkuda dan Bujangganong dari Kerajaan Bantarangin. Kemudian rombongan yang
dipimpin Raden Panji melanjutkan perjalanan guna melamar Dewi Sekartaji.
Suasana arak-arakan yang dipimpin oleh Singo Barong dan Bujangganong inilah
yang menjadi latar belakang keberadaan kesenian Barongan.
E E. MANFAAT KEBERAGAMAN
BUDAYA
Tidak
semua Negara memiliki keberagaman budaya seperti yang dimiliki Indonesia.
Dengan demikian keberagaman budaya memberikan manfaat bagi bangsa kita. Dalam bidang bahasa, kebudayaan daerah yang berwujud dalam bahasa daerah dapat
memperkaya perbendaharaan istilah dalam bahasa Indonesia.
-
Dalam bidang pariwisata, keberagaman budaya dapat di jadikan objek dan
tujuan pariwisata di indonesia yang bisa
mendatangkan devisa. Pemikiran yang timbul dari sumber daya manusia masing-masing daerah dapat pula
di jadikan acuan bagi pembangunan nasional.
F. MASALAH AKIBAT
KEBERAGAMAN BUDAYA
Selain
membawa manfaat, keberagaman budaya pun memiliki dampak negative. Mengatur dan
mengurus sejumlah orang yang sama cirri-ciri, kehendak dan adat istiadatnya
tetunya lebih mudah daripada mengurus sejumlah orang yang semuanya bebedabeda
mengenai hal hal terrsebut.
Potensi
terpendam untuk terrjadinya konflik karena ketegangan antar suku bangsa dan
golongan tidak bisa di abaikan begitu saja.
G. KESIMPULAN
Untuk
menghadapi dampak negatif keberagaman budaya tentu perlu dikembangkan berbagai
sikap dan paham yang dapat menikis kesalahpahaman dan membangun benteng saling
pengertian. Gagasan yang menarik untuk diangkat dalam konteks ini adalah
multikulturalisme dan sikap toleransi dan empati.
H. SARAN
1 Peran
pemerintah harus mampu melaksanakan sebuah sistem politik nasional yang dapat
mengakomodasikan aprisiasi masyarakat yang memiliki kebudayaan yang berbeda
beda.
Peran
masyarakat meminimalkan perbedaan yang ada dan berpijak pada kesamaan kesamaan
yang dimiliki oleh setiap budaya daerah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar